jelajahmedia.com

Warta Digital, Jelajah Tanpa Batas

Stimulus Akhir Tahun 2025 dan Upaya Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Rupiah

Stimulus

Stimulus Musim Libur & Stabilitas Nilai Tukar: Kombinasi Kebijakan Genting 2025

Pemerintah Indonesia tengah bersiap meluncurkan stimulus tambahan senilai hampir USD 2 miliar di musim liburan akhir tahun 2025. Rencananya, paket ini akan mencakup subsidi transportasi (diskon tiket pesawat, kapal, kereta), potongan pajak tertentu, serta insentif belanja guna merangsang konsumsi domestik. Financial Times

Simultannya, Bank Indonesia menyatakan akan menggunakan seluruh instrumen yang tersedia—baik pasar spot, non-deliverable forward (NDF), maupun pembelian surat berharga—untuk menstabilkan rupiah yang mengalami tekanan di pasar global. Reuters

Kombinasi kebijakan fiskal (stimulus) dan moneter (intervensi mata uang) ini muncul sebagai respons terhadap kondisi makro yang saling mempengaruhi: pelemahan nilai tukar, rendahnya daya beli masyarakat, dan ketidakpastian global.


Alasan Stimulus Liburan & Targetnya

Liburan akhir tahun kerap menjadi momen konsumsi naik secara tradisional—belanja hadiah, perjalanan, wisata, dan pergantian tahun. Namun untuk 2025, tantangan nyata ialah: daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih, serta deflasi tekanan global yang menekan konsumsi. Pemerintah berharap stimulus ini bisa memberi “dorongan tambahan” agar konsumsi tetap solid.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menyebut bahwa paket stimulus ini akan dirancang agar tepat sasaran — misalnya subsidi transportasi untuk rute tertentu, potongan tarif logistik, hingga insentif bagi usaha kecil agar bisa menarik konsumen lewat diskon. Reuters+1

Sasaran langsungnya adalah menjangkau lebih dari 30 juta keluarga sebagai penerima manfaat langsung stimulus tambahan. Reuters

Namun tetap ada tantangan: bagaimana memastikan stimulus tidak hanya berujung “konsumsi sesaat”, melainkan memicu multiplier effect jangka menengah — agar usaha lokal, logistik, UMKM ikut diuntungkan.


Tekanan Rupiah & Intervensi BI

Sejak awal 2025, rupiah berada di posisi rentan. Penurunan sekitar 3 % sepanjang tahun, ditambah depresiasi intraday, menandakan bahwa pasar melakukan penyesuaian terhadap ekspektasi inflasi, suku bunga luar negeri, dan arus modal global. Reuters

Bank Indonesia merespons dengan tegas: akan menggunakan instrumen pasar spot dan NDF, serta pembelian surat utang domestik bila perlu. Langkah ini dimaksudkan untuk mendukung likuiditas dan menjaga ekspektasi pasar agar tidak terjebak spiral pelemahan mata uang. Reuters

Namun intervensi mata uang memiliki batasnya — terutama jika tekanan internal (defisit neraca berjalan, impor tinggi) dan eksternal (arus modal keluar, suku bunga dunia) kuat. BI harus berhitung: jika terlalu sering intervensi, cadangan devisa bisa tergerus dan efektivitas menjadi menurun.


Tantangan Kebijakan Ganda: Stimulus + Stabilitas

Menggabungkan stimulus fiskal dan stabilisasi moneter bukan perkara ringan. Ada potensi konflik kebijakan:

  • Risiko inflasi: stimulus yang memperkuat permintaan bisa memicu tekanan harga, sementara devaluasi rupiah akan menaikkan harga impor.

  • Efek crowding out: jika pemerintah mengandalkan utang untuk stimulus, suku bunga jangka menengah bisa tertekan naik, menyulitkan sektor swasta meminjam.

  • Persepsi pasar & kredibilitas: pelaku pasar akan sangat memperhatikan konsistensi kebijakan — bila stimulus besar namun moneter longgar, bisa memicu risiko inflasi ke depan dan ekspektasi suku bunga naik.

  • Distribusi & efektivitas stimulus: jika stimulus tidak tepat sasaran (misalnya lebih banyak dinikmati kelas menengah), maka efek multiplikator akan lemah — bukan memperkuat ekonomi lokal, malah menimbulkan pemborosan anggaran.

Agar kebijakan ganda ini sukses, desain stimulus harus memperhitungkan efek lintas sektor dan disertai kerangka pengawasan ketat untuk menjaga agar stabilitas makro tetap terjaga.


Strategi Sinergis & Rekomendasi

  1. Stimulus terpilih & berlapis
    Pilih komponen stimulus yang punya efek ganda (transportasi, logistik pedesaan, diskon UMKM) agar tidak hanya “membeli barang”, tetapi juga meningkatkan aktivitas ekonomi lokal.

  2. Fokus pada infrastruktur mikro & logistik
    Dorong perbaikan jalan akses, distribusi barang, cold chain agar stimulus belanja di daerah juga bisa terealisasi secara nyata.

  3. Kebijakan moneter fleksibel & komunikasi jelas
    BI harus menjaga fleksibilitas instrumen, namun menjaga konsistensi dan menyampaikan roadmap intervensi agar pasar tidak spekulatif.

  4. Pengawasan belanja & audit real time
    Stimulus besar perlu sistem monitoring agar uang benar-benar masuk ke tujuan — terutama di ritel lokal dan sektor informal.

  5. Kampanye literasi & penggunaan digital
    Gunakan platform digital agar masyarakat tahu cara mendapat stimulus (voucher digital, diskon digital) agar distribusi lebih efisien.

  6. Responsif terhadap data ekonomi mingguan/bulanan
    Jika indikator seperti inflasi, neraca perdagangan, arus modal menunjukkan gejala negatif, pemerintah harus siap menyesuaikan stimulus atau memperkuat moneter.


Penutup

Stimulus tambahan menjelang akhir tahun 2025 dan intervensi agresif di pasar mata uang adalah dua kebijakan strategis yang menunjukkan bahwa pemerintah menyadari tantangan ekor panjang kondisi ekonomi global dan tekanan internal. Kombinasi kebijakan ini bisa efektif — asalkan dikelola dengan hati-hati dan sinkron antara fiskal dan moneter.

Stabilitas makro tak bisa dikorbankan demi stimulus sesaat. Jika desain stimulus tepat, transparansi baik, dan intervensi moneter efektif, maka Indonesia bisa melewati tekanan eksternal dan tetap tumbuh positif memasuki 2026.